Powered By Blogger

Kamis, 19 Februari 2015

Secret Admirer 4

Sepertinya aku sudah terbiasa dengan kesendirian ini, mas Adit kuliah di UNS dan aku tinggal sendiri dirumah walaupun rumahku dengan rumah pakdhe berseberangan. Ujian semesteran sebentar lagi, aku harus belajar lebih keras karena tahun ini aku hampir terpuruk karena kehilangan kedua orang tuaku, di awal tahun masa SMA ku aku terpuruk, disaat itulah aku belajar menerima hal – hal yang baru, yang sama sekali tidak pernah aku bayangkan aku akan mendapatkannya. Ronny dan teman – teman yang selama ini aku anggap mereka hanyalah teman suka tapi tidak untuk duka, ada seseorang yang lebih perduli denganku diantara banyaknya teman – temanku, aku sadar mungkin inilah yang dimaksud dengan menerima hal yang baru, meskipun berbeda tapi setidaknya aku bisa tersenyum dan mengisi kekosongan hatiku dengan canda dan kisah mereka.

Sejak beberapa hari ini, Ronny menjadi menjauh. Selama ini aku tidak bisa membaca jalan pikirannya, sekalipun dia selalu selangkah didepanku. Sejak mas Adit kuliah di Solo, dia juga jarang main ke rumah, terasa berbeda saat pertama kali bertemu dan terakhir bertemu saat pernikahan mas Do, apakah dia cemburu dengan kata – kataku waktu itu, aku tidak ingin menyimpulkan situasi itu sebagai alasan.

Ron, apa kabar?”^-^

Sudah beberapa kali aku sms dalam beberapa hari ini tapi tak satupun dibalas, aku hanya bisa mendesah dan menggerutu sendiri, apakah aku kangen, bukan aku hanya merasa kehilangan perhatian.

Sepulang sekolah aku beranikan diri untuk bertemu Ronny, karena smsku sama sekali tidak dibalas kuputuskan untuk datang ke sekolahnya tanpa memberi tahu.
“Dek. Kenal mas Ronny gak?anak kelas 3.”tanyaku kepada salah satu siswa SMP
“mbk Dita ya, ehm Ronny ketua OSIS, ada mbk, kayaknya tadi masih ada diruang OSIS, ada rapat.”jawabnya
“ehm, makasih ya dek.” Kataku

Dulu bangunan ini adalah sekolahku, selama 3 tahun aku menempuh masa menengah pertamaku disini. Aku lihat sekeliling ruang kelasku saat kelas 7, 8 dan 9 terasa beda karena catnya baru. Perpustakaan yang hampir setiap hari aku datangi hanya untuk membaca Koran, banyak cerita tersimpan disini. Aku memang bukan anak OSIS saat SMP dulu karena aku penyendiri, mungkin ini pertama kalinya aku masuk ruang rapat OSIS..

“permisi, Ronny ada?”kataku sambil membuka pintu
Langsung seketika siswa yang ada diruangan itu melihatku, karena aku memakai seragam SMA. aku  gugup dan Ronny langsung menarik tanganku pergi dari ruangan itu. Dia menarik tanganku tanpa melihat ke belakang atau melihat ku, aku hanya diam dan bertanya sebenarnya ada apa ini.
“maaf, aku datang tanpa memberitahu dulu” kataku sambil menghentikan langkahku, Ronny melepas tanganku.
Ronny terdiam dan hanya menunduk,
‘’ada apa?” tanyanya pelan
“aku hanya ingin tahu kabarmu karena aku sudah beberapa kali sms tapi tidak pernah kamu balas, aku juga merasa bersalah dengan jawabanku atas pertanyaanmu waktu pernikahan mas Do kemaren, aku bener bener minta maaf,” jawabku
“aku yang seharusnya minta maaf, aku yang memulainya aku yang seharusnya tahu diri” jawab Ronny.
Aku semakin bingung dan tidak tahu harus menjawab apa,
“apa kamu menyukaiku?”tanyaku spontan dan Ronny terlihat kaget mendengar pertanyaanku

Dia hanya menunduk, didepanku, dia hanya terdiam. Aku juga ikut terdiam,
“aku juga bingung dengan perasaanku, saat aku mendengar jawaban itu, aku hanya bisa menunduk dan perasaanku seketika kosong, perasaan sebelum aku mendengar jawabanmu itu terkadang membuatku bisa tersenyum sendiri, aku bertanya pada diriku sendiri apakah aku mencintaimu atau hanya kasihan denganmu tapi tak satupun jawaban yang aku dapat, mencoba untuk menjauhimu hanya membuatku semakin terpuruk, aku takut jika ini akan semakin membuat luka dihatimu semakin dalam dan lebar” kata Ronny
Jawaban Ronny membuat jantungku hampir berhenti berdetak, dia hanyalah anak kelas 9 SMP yang begitu bingung dengan perasaan yang sedang dia alami, dia bahkan mencoba untuk mencerna jauh perasaannya padahal seusianya mereka akan pacaran dengan seumurannya. Aku bingung harus menjawab apa, banyak pertanyaan yang muncul tapi aku takut untuk bertanya.

“ada yang pacaran disini!” kata seorang cewek yang menghampiri kami
Aku kaget, Ronny berdiri didepanku dan menghadap cewek itu, anak SMP juga, aku lihat dari seragamnya.
“sejak kelas 7 aku mengejarmu, dan ternyata kamu suka yang lebih tua Ron?”Tanya cewek itu dengan nada marah
“bukan urusanmu!”jawab Ronny ketus
“jangan keterlaluan Ron,.”jawab cewek itu

Aku langsung bisa menangkap apa yang sedang terjadi, mereka terdiam…
“pergi dari sini!”kataku dengan nada marah
Ronny hanya terdiam, aku lihat muka cewek itu, aura marah terpancar dari mukanya.
“eh , kau diam…. Suatu saat nanti, kau yang akan memohon Ronny dariku..”jawab cewek itu sambil menunjukku lalu berlalu pergi
Aku hampir mati lemas berada disituasi seperti itu, ya Tuhan ada apa lagi ini. Aku pergi dari tempat itu tanpa pamit ke Ronny.
“Dit..tunggu, aku bisa jelasin!” kata Ronny dengan nada serius
“memang gak akan pernah ada jawaban karena aku hanya pelarian, bukan kasihan atau suka, tapi memang kamu ingin menghindari cewek tadi dan menganggap aku hanyalah pelarian. Cukup Ron. Kamu takut membuatku terluka tapi baru awal saja aku sudah merasa sakit” kataku tak terasa air mataku keluar aku berlalu pergi aku tidak ingin Ronny melihatku menangis karena hal ini.
“Dit” panggil Ronny,, dia menarik tanganku dan memelukku
Aku malah menangis sepuas puasnya dipundak Ronny,
“maaf,..”kata Ronny pelan
kantin ini sepi, aku usap air mataku dan melepas dekapan Ronny. Aku beranikan melihat Ronny tapi dia hanya menunduk lesu,
“aku mengagumimu,..”kataku “aku bahkan tidak ingat kapan aku mulai mempunyai perasaan ini, aku hanya ingin selalu tahu apa yang kamu lakukan dan apa yang sedang kamu pikirkan, bahkan aku mencoba untuk memendamnya sendiri Karena aku tahu ini hanya akan menjadi milikku, aku takut untuk menerima hal baru, karena disaat menerima hal baru aku tahu suatu saat nanti aku pasti kehilangan sesuatu itu, biarkan aku cukup mengagumimu, karena dengan perasaan ini, kita punya batas” kataku sambil tersenyum dan pergi

Aku meninggalkan Ronny sendiri, aku memang mengaguminya. Hampir setahun aku kenal aku menyukai sosoknya. Tapi aku selalu takut mencoba,

“itulah perasaanku Ron, yang selama ini aku pendam sendiri dan aku ingin memilikinya sendiri, aku memang takut mencintai seseorang untuk saat ini, karena aku takut dengan kehilangan, memang inilah aku, aku takut.”kataku dalam hati

Aku sudah melewati ujian semester akhir dikelas 10 ini, hanya tinggal menunggu pengumuman kelulusan Ujian Nasional. Aku ingin ke rumah nenek yang ada di Jakarta, tapi mas Adit sedang sibuk kerja untuk biaya kuliahnya.
“mas, aku liburan ke Jakarta ya?”tanyaku di telefon
“sendiri?”Tanya mas Adit
“ya iyalah, kan mas Adit gak mau!”kataku ketus
“aku bukannya gak mau tapi aku sedang ngejar rupiah buat tabunganku semesteran besok. Naik travel ja ya?”pinta mas Adit
“mau naik kereta api, nambah pengalaman.”jawabku ketus”udah ya mas, janji aku dah beritahu planningku, mungkin hari jum’at aku berangkat, he he..”jawabku
“loh, berarti kamu sudah beli tiketnya dong?”Tanya mas Adit kaget
“he he udah “jawabku ketus
Mas Adit langsung menutup telefonnya,,,
“hati hati jangan tidur lelap di kereta, oh ya nitip salam buat semua keluarga disana, jangan minta banyak duit ke eyang ya!” pesan  mas Adit
Aku beranikan naik kereta ke Jakarta sendiri, pengalaman pertama sekaligus hal yang baru, sudah hampir 2 tahun aku tidak pernah menjenguk eyang, padahal disana ada bulek yang selalu menanyakan kapan aku libur ke Jakarta.

Lumayan menurutku, walaupun kelas ekonomi tapi setidaknya sudah tidak ada pengamen atau pedagang asongan seperti 3 tahun lalu, aku dapet gerbong 7 tempat duduk 25D, tempat duduknya berhadapan dan bangku didepanku masih kosong, disampingku ada seorang ibu muda yang lagi hamil 4 bulan dan yang didepan ibu itu suaminya, depan tempat dudukku masih kosong, kereta belum berjalan tapi aku sudah merasa lelah dan mengantuk, semalaman aku packing dan tidur jam 2 pagi dan kereta berangkat jam 5 pagi, beruntung aku dapet tempat duduk dipinggir jendela jadi selama 12 jam perjalanan nanti aku mungkin tidak merasa bosan, komik, novel dan air minum sudah aku siapkan untuk mengusir kebosanan, aku tipe orang yang gak bisa makan di perjalanan jadi aku hanya bawa roti dan permen secukupnya.
Kereta sudah mau berjalan, aku mencoba untuk melelapkan mataku sejenak, mumpung masih pagi dan hawa dingin masih terasa. Kereta berjalan dan aku terlelap.

“mbk, mbk.. cek tiket!” suara ibu disampin gku membangunkanku
Aku terperanjat kaget “maaf, ini tiketnya.”jawabku sambil memberikan tiket ke petugas
“Jakarta ya mbk?”Tanya petugas itu
“iya” jawabku “terima kasih”
“sama – sama” jawab nya

Sudah jam 8.30 pagi, aku mengambil beberapa komik ditasku untuk mengusir kantuk dan ingin menikmati pemandangan disepanjang perjalanan ini.
“sendirian Dit?”Tanya seseorang yang duduk didepanku
Aku kaget karena aku mengenal suara itu, suara Ronny, aku menatapnya dengan perasaan kaget.
“kenapa kamu disini?”tanyaku kaget dengan nada terbata bata
“naik kereta.”jawabnya
“maksudku….ehm  Kamu mengikutiku?”tanyaku langsung
“bisa dibilang iya, bisa dibilang tidak, aku ke Jakarta untuk acara sekolah, karena aku mabuk kalau naik bis, jadi aku naik kereta berlima ma temenku, tuh yang lain ada di sana”jelas Ronny sambil menunjuk ke tempat duduk teman – temannya.
“oh .. kirain..” desahku pelan “emang acara apa?”tanyaku lagi
“Lomba desain.”jawabnya singkat
“oh.. iya ya kamu kan pintar desain.”desahku

Aku kembali melihat isi komik yang ada ditanganku, aku tidak membaca ataupun melihat komik itu tapi aku sedang menggerutu sendiri kenapa aku harus bertemu Ronny disini.
Sejak bertemu 2 bulan lalu aku memang sama sekali tidak ingin bertemu dengannya, aku ingin menghindar karena emang ternyata aku Cuma hanya sebagai pelarian.
“masalah kita belum selesai.”kata Ronny sambil memandangku serius
“disini tempat umum, tidak etis membicarakan masalah pribadi.”jawabku sambil tetap menghadap isi komik
Aku sebenarnya gak mau larut dalam masalah ini, lebih baik sendiri dari pada menambah luka dihati.
Kami hanya saling terdiam, sampai kereta berhenti di Bandung, ibu dan suaminya itu turun di Bandung sekarang hanya tinggal kami berdua.

“sudah tidak ada orang, kamu ingin melanjutkan?”Tanya Ronny dengan nada serius
Aku hanya terdiam dan memberanikan diri melihat wajahnya, kami saling berpandangan. Aku benar – benar tidak ingin membahas perasaanku itu lagi,
“lebih baik kita bersahabat,,,”kataku sambil menatap matanya dan sesekali menghindar
Dia hanya terdiam dan membuang mukanya ke jendela kereta yang ada disamping kami.
“tapi aku benar – benar ingin melindungimu dan ingin tahu berapa besar luka dihatimu, aku ingin menutupinya jika aku mampu.”jelasnya
“berarti kamu hanya kasihan padaku, kasihan dengan sikapku atas takdir yang telah Alloh berikan kepadaku, aku ridho dengan semua itu, dulu memang aku selalu bertanya kenapa Dia mengambil orang yang aku cintai, tapi aku tidak harus menangisi kepergian kedua orang tuaku dan memprotes Tuhan. Aku hanya tidak ingin merasakan rasa kehilangan lagi, itu saja.”jelasku

Sekali lagi Ronny memandangku dengan mata yang marah, aku memang hanya ingin sendiri tidak ingin menjalin hubungan dengan siapapun walaupun sebenarnya aku memang mencintainya. Nasyid dari the fikr “cinta” melantun di telingaku,
“pacaran itu dosa dalam islam” jelasku lagi
“aku tidak ingin pacaran denganmu, aku hanya ingin berada disisimu dan melindungimu”jelasnya singkat
“sama saja, itu hanya alasan agar status kita terlihat pacaran di mata orang lain.”jelasku lagi sambil menunduk.
“aku ingin menggantikan tempat mas Do dihatimu”kata Ronny. Aku kaget mendengar ucapan Ronny tapi aku tidak berani menatap wajahnya aku hanya menunduk dan menyembunyikan rasa kagetku

“aku akui, jujur.. hatiku remuk saat aku mendengar jawabanmu, hal yang paling kamu benci didunia ini adalah sendiri, dan aku selalu melihatmu sendiri dan tidak pernah mengijinkan orang lain untuk masuk ke dalam hatimu untuk menemanimu, mencintai mas Do seperti mencintai kedua orang tuamu, ingin memiliki suami seperti mas Do, pengayom dan pelindungmu, aku sedang mencoba untuk menjadi semua itu Dit, tapi jika kamu tidak pernah mengijinkan aku masuk ke dalam kehidupanmu bagaimana kamu bisa tahu arti sayang yang aku miliki, aku akan selalu menemanimu tersenyum karena aku menyayangimu.”jelas Ronny yang sekarang duduk disebelahku.

Aku menangis, hanya bisa menunduk dan mendengarkan kata – kata Ronny tadi. Ronny masih memandangiku menunggu jawaban dariku.
“tak bisakah kita bersahabat?”tanyaku ke Ronny dengan air mata yang masih mengalir, aku beranikan menatap wajahnya, aku sudah tidak peduli dengan sikap orang – orang dikereta ini.

Aku melihat matanya, memerah “dengan bersahabat kita bisa melindungi satu sama lain, dengan bersahabat kita bisa menghibur satu sama lain, kita gak akan punya hubungan apa – apa, jadi disaat…” jelasku.. Ronny beranjak pergi dari tempat dudukku sambil berjalan pergi, aku menangis sendiri.

Setelah beberapa menit Ronny kembali dan duduk di tempat duduk yang ada didepanku, aku tidak berani melihat wajahnya. Dia juga hanya terdiam sambil memandang ke luar jendela. Kami hanya terdiam sampai kereta ini berhenti di stasiun Gambir  Jakarta. Aku tidak punya keberanian untuk memulai obrolan lagi.
aku agak kerepotan mengambil barangku yang aku letak dirak atas. Ronny kembali lagi ke kereta padahal dia sudah keluar beberapa menit tadi tanpa mengucapkan selamat jalan.
“aku antar sampai tempat eyangmu, acaraku masih besok pagi, nanti kalau kamu sendirian bahaya disini, bukankah kamu tidak ada yang jemput?”tanyanya sambil mengambil tasku
“gak apa – apa, itu malah merepotkan, lagipula aku tinggal naik bis sekali lagi.”jawabku menolak dengan halus.
“aku temani kamu naik bis, biar temanku pergi ke hotel dulu,”jelas Ronny sambil mengangkat tas ransel dan tas tanganku.
“bagaimana kamu bisa tahu kalau aku pergi ke rumah eyang dan tidak dijemput?”tanyaku sambil memegang tas yang dia bawakan, dia berhenti.

“mas Adit tadi sms aku, dia tahu kalau aku juga ke Jakarta dan satu kereta denganmu, aku tadi yang memberitahunya, dia ingin aku mengantarmu sampai ke rumah eyang, karena ini sudah malam dan bahaya kalau nanti kamu di bis sendirian. Aku hanya melaksanakan pesan mas Adit”jelas Ronny sambil berjalan keluar dari kereta.
“aku bisa sendiri.”kataku sambil memegang tangan Ronny agar berhenti
“bukankah kita bersahabat, aku tidak ingin melihat sahabatku sendirian dan dalam bahaya. Jangan ngeyel,”jelasnya sambil berjalan lagi.

Aku hanya menurut dan sebenarnya aku memang takut naik bis sendirian nanti ke rumah eyang. Belum lagi kalau jam segini banyak orang nongkrong disepanjang jalan. Karena mas Adit pernah kecopetan pas dulu pertama kali kita ke rumah eyang.
“kata mas Adit kita bisa naik bustrans, tapi nanti kita harus naik ojek atau bajai lagi, mau  yang mana?”Tanya Ronny sambil menunggu bis datang.
“bisakah kita naik bus trans saja, aku ingin duduk,”kataku pelan. Ternyata bus trans juga penuh terpaksa kita berdiri sepanjang perjalanan padahal perjalanan ini butuh waktu setengah jam.

Dia menggendong tas ranselku dan membawa tas jinjiingku. Dia memberi jaketnya untuk aku pakai karena malam itu terasa dingin, dan aku merasa  tidak enak badan, aku menggigil kedinginan, tapi aku tidak ingin menunjukkannya ke Ronny,
“kamu gak pa pa Dit?”Tanya Ronny sambil menyentuh pipiku”kamu berkeringat tapi badanmu panas, kamu benar benar tidak apa apa?”Tanya Ronny lirih sambil mendekat ke wajahku.
“aku tidak apa – apa, hanya kedinginan.”jawabku lirih
“mukamu pucat, dan…”kata Ronny
“aku tidak apa – apa..”jawabku memotong kata – kata Ronny, aku tidak ingin dia khawatir.
Akhirnya kami sampai dirumah eyang, tapi rumah eyang terlihat sepi. Dan seperti biasa kunci rumah eyang hanya disimpan di pot depan rumah.
“aku telepon bulekku dulu.”kataku lirih”ah sial HP ku kan kehabisan battery”desahku
“Ron,,,”
“ya..”jawabnya
Aku pingsan…..

“aku dimana,?”tanyaku pelan
“kita dirumah eyang mu Dit, maaf aku tanpa ijin masuk, kamu pingsan dan aku bingung harus berbuat apa, dan maaf juga tentang itu”kata Ronny sambil menunjuk ke arahku
“maaf tentang apa?”tanyaku karena tidak tahu
“maaf, aku harus menukar baju dan celana yang kamu pakai karena semua pakaian mu basah semua dan kamu demam, jadi saat kamu pingsan tadi aku menukar bajumu agar kamu tidak kedinginan lagi”jelas Ronny
“astaghfirulloh..”teriakku sambil menangis
“maaf Dit,”desah Ronny pelan,”aku tidak bermaksud untuk menyentuhmu, aku hanya takut terjadi apa – apa nantinya”jelasnya

Aku hanya menangis, badanku gemetar memang benar – benar lemah karena seharian belum makan dan demam,
“kau melihat tubuhku?”tanyaku lirih
Ronny mengangguk sambil tertunduk
“kau bajingan Ron!”teriakku lagi
Ronny hanya menunduk,”aku menyanyaimu Dit”

Ronny mendekapku, tangannya mulai memegang kedua tanganku dengan kuat, aku melihat matanya, penuh dengan nafsu..
“apa yang ingin kamu lakukan Ron?”teriakku
Ronny semakin menggila, diciumnya bibirku dan dia memegang tanganku dengan kuat, aku tidak bisa berontak, aku terbaring lemah dan dia berada diatasku, apa dia mau memperkosaku itulah yang ada dalam benakku untuk saat ini,

“Ron, lepaskan aku!”pintaku lirih
Tapi tak dihiraukannya kata kataku itu, dia menggila, leher, pundak dan sekarang dia masuk ke bagian tubuhku yang aku jaga selama ini,.aku lemas untuk berontak pun aku tidak bisa.
“Ron, lepaskan aku!”sekali lagi aku meminta dengan lemas

Tapi sekali lagi dia tak menghiraukan permintaanku, tubuhku panas tapi aku kedinginan, Ronny mencium bibir, leher, pundak, dan disaat itu aku menangis, Ronny begitu kuat mendorongku, sentuhan tangannya terasa kuat dan dingin, wajahnya seperti orang kerasukan.

“Ron, demi Alloh lepaskan aku!”pintaku lirih ditelinganya”aku juga mencintaimu tapi bukan seperti ini” pintaku dengan menangis.
Dia berhenti, dia menatapku, ditatapnya mataku yang sedang hujan air mata.
“Dit, apa yang aku lakukan?”tanyanya
Aku menangis, dia bangkit. Aku hanya bisa menangis di tempat tidur, lemas dan aku malu.
Cukup lama kami saling terdiam, aku tidak ingin  bertanya kenapa. Aku sudah kuat untuk berdiri sekarang.
“plak” aku menampar Ronny, kutampar pipi yang satunya lagi, dia hanya terdiam aku menangis saat menamparnya.
“kau bejat Ron!bahkan lebih bejat dari anjing!”kataku dengan muka marah
Dia hanya menunduk’
“aku akan tanggung jawab!”katanya lirih sambil menunduk
“apa yang akan kau tanggung?”tanyaku geram”dosaku, dosa kita atau perbuatanmu?”tanyaku dengan nada tinggi”bahkan untuk melihat wajahmu saja aku sudah jijik, dan kau bilang akan tanggung jawab, aku mencintaimu dengan tulus Ron, bukan karena nafsu”aku menangis.
“aku akan tanggung jawab menikahimu kelak, aku tidak menyentuh daerah itu jadi kamu tidak akan hamil”katanya lirih

“kau mengingat semuanya sekarang,?!”tanyaku”aku bahkan jijik mendengar suaramu, dan kau bilang akan menikahiku?hamil?itukah yang kau pikirkan pertama kali?apakah sebatas itu arti suci menurutmu?aku kecewa Ron,orang yang selama ini aku anggap mampu melindungiku, ternyata hanya nafsu, itukah yang kau bilang kau ingin menjadi seperti mas Do??”tanyaku jelas

Dia menunduk menangis, “mas Adit tahu tentang ini, kita bisa bicarakan saat kita pulang nanti,”katanya lirih
“apa maksudmu?’tanyaku kaget
“tadi mas Adit menelepon saat kita..”dia terdiam”aku tidak sengaja memencet tombol terima, dia mendengar semuanya, dan dia meneleponku sampai 50 kali tadi, dia tahu Dit, dan aku sungguh minta maaf”lirih katanya
“pergilah dari hadapanku, aku jijik melihatmu”kataku pelan aku terduduk, aku sedang memikirkan apa yang mas Adit rasakan sekarang.
Ronny berlalu pergi, aku kalut...

continoue....






Tidak ada komentar:

Posting Komentar