Powered By Blogger

Jumat, 14 April 2017

BEDAK







Perempuan itu cantik karena mereka selalu ingin terlihat menarik.


Dia sudah mengganti penadah siklus darah kotornya saat mandi pagi. Dengan riang, mematut wajah di cermin lalu memainkan bibir sebentar. Hidungnya tak lebih mancung dari semalam. Sembari tersenyum kepada bayangannya sendiri, dia mengoleskan deo-lotion di kedua ketiak. Memutarkan jari telunjuk di sana, agar terserap. Gadis itu meringis ketika tak sengaja menggigit lidah. Dia suka mengabsen satu per satu giginya ketika bercermin. Dan tak sengaja, gigi tajam geram.

Mata bundar, banyak orang bilang sorotnya menandakan kesetiaan. Siapa sangka dia masih sendiri. Bisa saja karena sedang diuji, atau menyiratkan kuatnya bertahan. Setiap mata punya rahasia yang tidak bisa diterka. Begitu juga hati, tak ada yang tahu kecuali dia sendiri dan Illahi. Kamar masih perlu perhatian. Setidaknya sisa gulat sendirian di kamar masih ada bekas. Selimut, bantal dan semua yang berada di atas ranjang masih berantakan. Hanya melirik lalu kembali menikmati bentuk wajah dalam pantulannya. “Apakah sudah saatnya aku merias diri?” Dia mendekati meja samping ranjang. Make up dengan berbagai merk tak berjejer rapi di sana. “Bedakku masih utuh, sayang kalau disimpan lama.”

Dia berlari kecil kembali ke depan cermin, mengoleskan sebuah krim ajaib. Siang malam harus dipakai, sesuai brosur pemakaian krim bisa mengubah kulit legam menjadi cerah. Aneh saja, mengajak memakai teratur berarti boros pemakaian lalu beli lagi, pikirnya. Gadis itu jarang berdandan, biasanya hanya peeling berlanjut ke masker. Kulit eksotis masih alami, tak pernah didarati pewarna.

“Pijat … pijat terus pijat.” Dia berceloteh sendiri. Mengikuti cara pemakaian, setelah diolesi pijat area wajah sebentar sampai krim itu meresap. “Cermin … cermin ajaib, apa aku cantik?”

Senyuman mengembang, dia sedang memainkan peran sebagai Ratu Ravenna. Gila kecantikan, ah tidak, dia pemuja kecantikan. Rela menghalalkan semua cara agar cantiknya tidak terkalahkan. Cantik itu identik dengan perjuangan, harus sabar merawat wajah siang malam. “Cantik itu relatif, kalau jelek ....” Dahinya berkerut, “perempuan semuanya cantik. Titik!”

Kedua tangan cekatan menyisir rambut panjang. Dia harus tampak berbeda hari ini.

Bedak sudah disapukan merata, tipis. Ranjang rapi, selimut terlipat, bantal ditumpuk. Gadis itu melepaskan ikatan handuk dari tubuhnya, memakai pakaian dinas.

“Emak mau ke rumah simbah sebentar, goreng tempe buat sarapan!” Teriakan perempuan tertua di rumah itu sedikit mengusik dunianya. Barangkali gadis manis ini sekarang sedang membekali diri, tentang rumah tangga.

Klaten, 11 Januari 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar