Powered By Blogger

Kamis, 13 April 2017

MANTRA






Sepertinya tadi malam aku salah merapalkan mantra. Kini, dia berubah menjadi tampan. Sial, halaman yang kubaca tergesa saat diucapkan. Peringatan dengan kalimat berhuruf miring serta diblok tidak terekam mata. Sekarang, hari panjang menanti. Jika tidak salah, seminggu ke depan wajah itu akan membuat hariku muak. Seharusnya dia menjadi laki-laki culun, penuh jerawat di sekitaran wajah.

Memandang lembaran novel sepertinya lebih mengasyikkan. Teriakkan memenuhi lubang telinga. Semua perempuan di sekolahan ini selalu menyebut namanya. Anggap saja, kali ini aku lalai balas dendam. Sudah dua kali, mantra meleset. Sedangkan dia sudah berkali-kali mengerjaiku, dari warna rambut yang tiba-tiba berwarna putih saat masuk kamar mandi sekolah sampai gatal di sekujur badan dan itu mengakibatkan bau.







“Kau memelototi dia, mantramu juga tidak bekerja,” ujar Naina. “Lebih baik kau cari mantra ulang. Siapa tahu bisa kena.”

Mantra ulang? Aku pernah mendengar beberapa kali rapal itu diucapkan oleh seseorang dulu. Sayang, di buku itu tidak dituliskan. “Kamu hapal mantra itu, Na?”

Naina memandangku lalu tertawa, terlihat seperti mengejek, “Saina, sejak kapan aku hapal mantra. Aku tahu mantra pembunuh. Otakku terlalu sulit untuk menyimpan kalimat panjang mantra yang ada di buku itu.”

“Atau jangan-jangan dia memakai mantra tolak? Setahuku mantra yang di buku itu tidak bisa ditolak.”

“Kau yakin? Setahuku bisa dengan mantra tolak bala.”

Aku semakin penasaran, “Mantra tolak bala? Apa itu?”

Jemari lentik Naina menyentil hidungku, “Hei, bodoh. Itu diajarkan di tingkat dasar saat kita masuk sekolah alam. Kau lupa?”

Mataku menerawang ke kisah lalu. “Tapi itu untuk mantra sederhana. Kalau berat tidak ampuh. Kau lupa ya?”

Kami berdua kembali memikirkan penyebab mantra itu tertolak dan berubah menjadi hal baik. “Haa … itu ternyata!” seru kami berbarengan.

Rahasia besarnya sudah didapat. Ada satu kalimat yang membuat mantra ini tak bisa mengenainya. “Kalian baikan saja.” Naina melirikku, “dia sudah memberi sinyal menyudahi peperangan mantra. Kau pernah mendengar dongeng seperti ini saat kita kecil dulu; Putri yang mengucapkan mantra tapi tertolak karena cinta maka mereka dipastikan hidup bersama.”


Klaten, 08 Januari 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar